Sponsor

Selasa, 25 November 2014

Selasa, 14 Oktober 2014

Legenda Gunung Kelud

Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur meletus sekitar pukul 22.50 WIB kemarin. Ribuan warga Kediri dan sekitarnya pun diungsikan demi menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Gunung ini terakhir meletus pada tahun 2007 lalu.

Bagi warga Jawa Timur, khususnya Kediri, Gunung Kelud mempunyai legenda panjang. Menurut legendanya bukan berasal dari gundukan tanah meninggi secara alami, seperti Gunung Tangkuban Perahu di Bandung, Jawa Barat. Gunung Kelud terbentuk dari sebuah pengkhianatan cinta seorang putri bernama Dewi Kilisuci terhadap dua raja sakti bernama Mahesa Suro dan Lembu Suro.

Dihimpun dari berbagai sumber, kala itu, dikisahkan Dewi Kilisuci anak putri Jenggolo Manik yang terkenal akan kecantikannya dilamar dua orang raja. Namun yang melamar bukan dari bangsa manusia, karena yang satu berkepala lembu bernama Raja Lembu Suro dan satunya lagu berkepala kerbau bernama Mahesa Suro.

Untuk menolak lamaran tersebut, Dewi Kilisuci membuat sayembara yang tidak mungkin dikerjakan oleh manusia biasa, yaitu membuat dua sumur di atas puncak Gunung Kelud, yang satu harus berbau amis dan yang satunya harus berbau wangi dan harus selesai dalam satu malam atau sampai ayam berkokok.

Akhirnya dengan kesaktian Mahesa Suro dan Lembu Suro, sayembara tersebut disanggupi. Setelah berkerja semalaman, kedua-duanya menang dalam sayembara. Tetapi Dewi Kilisuci masih belum mau diperistri. Kemudian Dewi Kilisuci mengajukan satu permintaan lagi. Yakni kedua raja tersebut harus membuktikan dahulu bahwa kedua sumur tersebut benar benar berbau wangi dan amis dengan cara mereka berdua harus masuk ke dalam sumur.

Terpedaya oleh rayuan tersebut, keduanya pun masuk ke dalam sumur yang sangat dalam tersebut. Begitu mereka sudah berada di dalam sumur, lalu Dewi Kilisuci memerintahkan prajurit Jenggala untuk menimbun keduanya dengan batu. Maka matilah Mahesa Suro dan Lembu Suro. Tetapi sebelum mati Lembu Suro sempat bersumpah dengan mengatakan. Yoh, wong Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping kaping yoiku. Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung bakal dadi Kedung.

(Ya, orang Kediri besok akan mendapatkan balasanku yang sangat besar. Kediri bakal jadi sungai, Blitar akan jadi daratan dan Tulungagung menjadi danau. Dari legenda ini akhirnya masyarakat lereng Gunung Kelud melakukan sesaji sebagai tolak balak supah itu yang disebut Larung Sesaji.

Acara ini digelar setahun sekali pada tanggal 23 bulan surau oleh masyarakat Sugih Waras. Tapi khusus pelaksanaan tahun 2006 sengaja digebyarkan oleh Bupati Kediri untuk meningkatkan pamor wisata daerahnya. Pelaksanaan acara ritual ini juga menjadi wahana promosi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan untuk datang ke Kediri. (Dari berbagai sumber).

Minggu, 28 September 2014

NAKULA DAN SADEWA

Nakula dan Sadewa merupakan anak yang terlahir dari istri Pandu yaitu Madri karena bantuan Batara Aswin (Dewa Tabib). Nakula dan Sadewa adalah anak kembar dimana Nakula sebagai saudara yang lebih tua. Nakula memiliki wajah yang tampan dari Sadewa namun Sadewa lebih cerdas dari Nakula. Keduana merupakan anggota termuda dari Pandawa.

Nakula Sadewa dalam pewayangan Indonesia

Disebutkan bahwa Nakula dan Sadewa adalah titisan Dewa Aswin. Nakula memiliki nama asli Pinten, sedangkan Sadewa memiliki nama asli Tansen. Sedangkan nama lain untuk Nakula adalah Grantika, dan nama lain untuk Sadewa adalah Tantripala. Keahlian mereka adalah menggunakan senjata pedang, dan masing-masing memiliki pusakanya sendiri-sendiri. Nakula memiliki pusaka Cupu Tirtamanik, sementara Sadewa memiliki pusaka Maniktira.

Nakula dan Sadewa memiliki kedekatan dengan alam, dan mereka memilik kelebihannya masing-masing, yaitu Nakula yang mahir dalam merawat kuda sedangkan Sadewa lebih mahir merawat Sapi. Seperti juga para Pandawa lainnya, Nakula dan Sadewa dilatih oleh Resi Druna.

Dari keduanya, Nakula yang lebih aktif dan sering bercanda, ia sering mengawasi kenakalan yang dilakukan oleh kakaknya, Bima terhadap pada Kurawa. Selain itu Nakula juga sering menyombongkan ketampanannya.

Sadewa yang meski berusia lebih muda namun memiliki kebijaksanaan yang sangat tinggi. Bahkan kakaknya sendiri, Yudhistira menyebut kalau Sadewa lebih bijak dari guru para dewa “Wrehaspati”. Sadewa memiliki kemampuan meramal peristiwa yang akan terjadi namun ia akan dikutuk (Kepalanya akan belah dua) jika menceritakan hasil ramalannya tentang masa depan. Sadewa lah salah satu anggota Pandawa yang paling disayangi oleh Dewi Kunti.

Nakula Sadewa dan para saudaranya ketika melakukan perjalanan menuju gunung Himalaya, dalam perjalanan tersebut semua tokoh meningal dengan sempurna (maksa) dan masuk surga

Dikisahkan dalam perjalanan terakhir menuju puncak Himalaya, Sadewa menjadi anggota Pandawa yang pertama meninggal setelah Drupadi. Setelah itu Nakula pun meninggal dunia menyusul saudara kembarnya itu. Namun keduanya berhasil meninggal dalam keadaan sempurna dan diterima di surga.

Itulah beberapa cerita dan kisah kehidupan Pandawa yang terwujud dalam Mahabharata, sebuah perwujudan pertentangan antara kebaikan dengan keburukan, kebenaran dengan kebathilan, dan antara Pandawa dengan Kurawa. Pada kesempatan selanjutnya kita akan bercerita mengenai tokoh-tokoh paling berpengaruh dari para Kurawa.

ARJUNA

Arjuna yang berarti “Jujur dalam wajah dan pikiran” merupakan titisan dari Batara Indra. Selain itu ia juga memiliki nama lain yaitu Kururestha, Parantapa, Wijaya, dan Sawyasachi. Keahliannya adalah memanah dengan senjata andalannya yaitu Panah Pasopati dan Gendiwa. Dalam kisah Mahabharata, ketampanan Arjuna membuatnya memiliki beberapa orang istri yaitu Drupadi, Subadra, Palupi, Manuhara, Supraba, Srikandi, Sulastri, Larasati, Jimambang, Ratri, Dresanala, Wilutama, Antakawulan, Juwitaningrat, Maheswara, Retno Kasimpar, Diyah Sarimaya, Gandawati, dan Citranggada.

Arjuna dalam pewayangan Indonesia

Arjuna adalah putera ketiga dari Pandawa dan merupakan anak terakhir dari Raja Pandu dan Dewi Kunti. Dari kelima orang Pandawa, Arjuna dikenal sebagai sosok yang sangat rupawan. Arjuna juga dikenal memiliki kedekatan dengan Kresna, dan Arjuna juga yang pernah melihat secara langsung perwujudan semesta dari Kresna. Selain itu ia juga merupakan satu-satunya tokoh Pandawa yang mendapat ajaran Bhagawadgita atau dikenal sebagai Nyanyian Dewata.

Arjuna memiliki keprinadian yang mulia, berjiwa ksatria, kuat iman dan gagah berani. Dia adalah seorang pertapa yang teguh. Ketika dia bertapa, tak akan ada yang bisa mengganggunya. Oleh karena hal itu, Kresna sangat menghargai keteguhan Arjuna sehingga Kresna memanggilnya “kawanku”. Satu kelebihan Arjuna yang tak tertandingi adalah hasrat menolongnya. Dia bahkan bersumpah bahwa akan membunuh siapapun yang berani melukai kakaknya, Yudhisthira.

Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa ketika para Pandawa sedang berada di Kerajaan Panchala, Arjuna dan Bima mendengar sebuah sayembara yang berhadiah seorang putri raja, yaitu Drupadi. Sayembara tersebut adalah memanah ikan kayu dengan hanya melihat bayangannya saja di langit-langit balairung. Pada awalnya Karna berhasil menyelesaikan sayembara tersebut, namun Drupadi menolaknya. Dan ketika Arjuna berhasil menyelesaikan sayembara itu, Drupadi tidak dapat menolaknya karena terkagum-kagum dengan ketampanan Arjuna, sheingga bersedia diperistri oleh Arjuna.

Mereka kemudian kembali pulang ke Hastinapura dan bermaksud menceritakan hal tersebut pada ibu mereka. Pada saat itu Dewi Kunti sedang memasak ketika para pandawa mengatakan bahwa mereka membawa hadiah, karena tidak melihat apa yang dibawa oleh anak-anak mereka, Dewi Kunti pun menjawab bahwa hadiah tersebut harus dibagi sama rata dengan saudara mereka. Dan atas perintah sang ibu, kelima orang Pandawa itu pun memperistri Drupadi, dan membuat aturan yaitu barangsiapa yang mengganggu kemesraan salah seorag dari mereka ketika sedang bersama istrinya (Drupadi) dalam kamarnya, maka orang itu akan dihukum dengan masa pembuangan selama satu tahun.

Pada suatu hari ketika Yudhistira dan Drupadi sedang bermesraan di dalam kamarnya, tiba-tiba dikejutkan oleh kehadiran Arjuna yang mencari senjatanya di dalam kamar tersebut. Ternyata Arjuna melakukan hal tersebut dengan terpaksa, lantaran untuk membantu seorang pertapa yang melaporkan bahwa pertapaannya diganggu oleh raksasa. Akibatnya Arjuna harus dibuang selama satu tahun.

Selama dalam pembuangan, Arjuna berkeliling Bharatawarsha atau India Kunia, dan dari perjalanannya itu ia menikah dengan Dewi Palupi dari Istana Nagaloka yang berada di sekitar sungai Gangga. Ketika melewati Himalaya, Arjuna juga bertemu seorang wanita bernama Citranggada dari Manipura yang merpakan putri dari Raja Citrasena. Mereka pun akhirnya menikah dengan satu syarat yaitu jika kelak anaknya adalah seorang pria maka anaknya harus tinggal di Manipura untuk meneruskan tahta kerajaan, dan akhirnya Citranggada benar-benar melahirkan seorang putra yang diberinama Babruwahana, dan sesuai kesepakatan, anak mereka harus tinggal di Manipura.

Perjalanan Arjuna pun berlanjut dan kali ini telah sampailah ia di Dwaraka dimana ia merasa tertarik dengan seorang putri yang bernama Subadra, adik dari Kresna dan Baladewa. Arjuna menyamar sebagai seorang pertapa dan tinggal di kediaman Baladewa yang sebenarnya tidak disetujui oleh Kresna.

Suatu hari Arjuna benar-benar menyatakan sukanya pada Subadra, Subadra pun ingin menikah dengan Arjuna di Amarta, sehingga keduanya pun kabur dengan sebuah kereta kuda yang telah disiapkan oleh Kresna. Mendengar hal tersebut, Baladewa pun marah besar. Tetapi Kresna kemudian meyakinkannya bahwa itu adalah keinginan dari adiknya sendiri. Baladewa pun bersedia menerimanya dan menggelar acara pernikahan di Amarta bersama-sama kaum Yadawa. Setelah sempat tinggal selama beberapa bulan, mereka kemudian pulang, sedangkan Kresna tetap tinggal.

Sejak itulah Kresna dan Arjuna menjadi teman dekat. Dikisahkan pada suatu hari ketika mereka tengah berkemah di dekat sungai Yamuna, di tepi hutan Kandawa. Tiba-tiba Dewa Api Agni muncul dan berkata bahwa hutan Kandawa seharusnya sudah hangus, namun dilindungi oleh Dewa Indra, ayah Arjuna, dengan dalih untuk melindungi Taksaka (teman Dewa Indra) yang tinggal di dalam hutan tersebut. Akhirnya Arjuna dan Kresna bersedia membantu Agni dengan meminta sebuah senjata yang paling kuat agar mampu menghalau gangguan. Agni segera memanggil Baruna (Dewa Lautan) yang lantas memberikan sebuah Gendiwa dan tabung berisi anak panah yang tak akan pernah habis untuk Arjuna. Sedangkan Kresna menerima sebuah senjata pusaka yaitu Cakra Sudarsana. Keduanya pun berhasil membakar hutan Kandawa hingga habis tak bersisa.

Pada saat Yudhistira mengalami kekalahan dalam bermain dadu, para Pandawa akhirnya dibuang ke hutan selama 12 tahun. Masa pembuangan tersebut membuat Arjuna mengambil kesempatan untuk bertapa demi memperoleh kekuatan barunya. Ia bertapa di Gunung Indrakila, dan dalam pertapaannya itu Arjuna sempat digoda oleh tujuh bidadari, namun gagal. Para bidadari itu kemudian kembali ke Kahyangan dan menceritakan hal tersebut pada Dewa Indra.

Dewa Indra kemudian turun menemui Arjuna dalam perwujudan seorang pendeta. Dalam perbincangan antara mereka, Arjuna mengungkapkan kalau tujuan dirinya bertapa adalah ingin menambah kekuatan untuk menghadapi Kurawa. Mendengar hal itu, Dewa Indra memberikan sebuah senjata pusaka. Arjuna pun kembali meneruskan pertapaannya, dan kali ini ia diganggu oleh seekor babi raksasa kiriman Dewa Siwa. Arjuna yang merasa terganggu segera keluar dan memanah babi tersebut, dan pada saat bersamaan Dewa Siwa yang menyamar sebagai pemburu juga memanah babi itu, sehingga klaim-mengklaim siapa yang berhasil membunuh babi itu pun terjadi. Namun ketika Arjuna mencoba memanah Siwa, Dewa Siwa menampakkan wujud aslinya, seketika Arjuna menyesali perbuatannya dan meminta maaf, namun Siwa justru memberinya sebuah pusaka yaitu Busur Pasopati.

Arjuna memanah Babi [gambar courtesy wayang.wordpress]Diceritakan beberapa saat kemudian, Arjuna kemudian dijemput para penghuni Kahyangan untuk menemui Dewa Indra dan menghabiskan waktu beberapa tahun. Di sana ia kemudian bertemu dengan seorang bidadari cantik yang bernama Urwasi. Namun karena menolak ajakan nikah dari Urwasi, Arjuna kemudian dikutuk menjadi banci!. Hal tersebut justru dianggap menguntungkan bagi Arjuna, karena dengan begitu ia bisa menyamar sebagai guru tari di Kerajaan Wirata.

Dalam perang Bharatayuddha, Arjuna selalu dipandu oleh Kresna. Selama peperangan tersebut Arjuna berhasil mengalahkan beberapa ksatria-ksatria hebat dari Kurawa. Dan pada perang hari ke-10, ia harus berhadapan dengan kakeknya Bhisma yang menjadi panglima perang Kurawa. Arjuna sempat mengalami kegalauan karena ia tidak tega jika harus bertarung dengan kakeknya sendiri. Namun dengan saran dan bantuan dari Kresna dan juga Srikandi, Arjuna pun berhasil mengalahkan Bhisma.

Bisma Gugur

Pada hari ke-17, Arjuna memulai pertarungan sengit melawan Karna (kakak dari Pandawa), dalam pertarungan tersebut Arjuna hampir terkena panah dari Karna namun berhasil loloh setelah dibantu oleh Kresna. Arjuna berhasil memenangkan pertarungan dengan melesatkan panah Rudra tepat pada kepala Karna saat kereta Karna terjatuh.

Seteah perang usai, Arjuna kemudian mengunjungi Manipura untuk menemui anaknya Babruwahana yang sudah menjadi raja. Namun ia kemudian terbunuh di tangan anaknya sendiri. Diceritakan pula bahwa Arjuna kemudian dibangkitkan kembali oleh istrinya yang juga ibu dari Babruwahana. Seperti saudaranya yang lain, dalam perjalannya ke gunung Himalaya, Arjuna kehilangan semua kekuatan dan senjata-senjatanya. Akhirnya Arjuna meninggal secara sempurna dan masuk surga.